kegiatan ekonomi digital

Pengertian Ekonomi Digital : Definisi, Startegi, Dampak Terhadap Bisnis

Ekonomi digital di Indonesia sangat prospektif karena negara Indonesia memiliki populasi terbesar keempat di dunia. Hanya saja prospek ini masih terkendala karena baru penduduk di kota-kota besar saja yang sudah melek digital.

Deputi IV Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Kementerian Koordinator Perekonomian Rudy Salahuddin mengatakan sebanyak 40% nilai transaksi ekonomi digital di Asean berasal dari Indonesia pada tahun 2022 dengan nilai US$ 77 Miliar.

“Memperluas adopsi digital pada kota tier dua dan tiga membuka peluang pasar yang lebih tinggi” tutur Rudi.

Saat ini, penetrasi internet di Indonesia baru mencapai 76 persen dari total populasi. Angka ini lebih rendah daripada negara-negara di ASEAN. Ditambah lagi, banyak masyarakat belum tersentuh layanan perbankan.

Pengertian ekonomi digital

ekonomi digital

Melansir dari Deloitte, ekonomi digital adalah aktivitas ekonomi yang dilakukan secara online oleh orang, bisnis, perangkat data, dan proses. Pertumbuhan keterkaitan masyarakat, organisasi yang dihasilkan dari Internet, perangkat seluler, dan IoT yang merupakan tulang punggung ekonomi digital.

Kehadiran ekonomi digital perlahan merusak gagasan susunan bisnis konvensional seperti cara perusahaan berinteraksi dengan konsumen, cara konsumen mendapatkan layanan dan informasi dari produk yang digunakan.

Selain itu, ekonomi digital adalah bentuk transisi dari revolusi industri tiga menuju revolusi industri keempat. Kondisi dimana teknologi menjadi jembatan antara dunia fisik dengan dunia maya.

Ekonomi digital lebih menyoroti peluang dan kebutuhan organisasi untuk menggunakan teknologi tepat guna untuk mengerjakan pekerjaan dengan lebih baik, cepat, dan berbeda dari sebelumnya.

Strategi utama ekonomi digital

Berdasarkan Digital Economy Framework for Action, terdapat tiga strategi utama yang dimanfaatkan untuk melaksanakan ekonomi digital yaitu:

  • Mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan digitalisasi industri dan bisnis
  • Mengembangkan ekosistem untuk membantu bisnis tetap hidup dan kompetitif
  • Mengubah industri media menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital

Dampak ekonomi digital terhadap bisnis

Kemudahan dari ekonomi digital dalam bertransaksi

Ekonomi digital berdampak pada semua industri. Suatu saat, semua aktivitas ekonomi akan dipengaruhi oleh transformasi digital.

Kekuatan daya dapat mempengaruhi perusahaan untuk membantu memahami industri dan konsumen jauh lebih baik. Makin banyak orang meningkatkan pemakaian teknologi, makin banyak informasi tentang konsumen yang mempengaruhi perkembangan perusahaan.

Ekonomi digital memungkinkan untuk mengembangkan produk dan layanan secara eksponensial. Sebuah platform makin banyak membuat produk dan layanan yang lebih kompleks bagi banyak orang.

Pillar keberhasilan ekonomi digital

Berdasarkan MIT Sloan research, perusahaan yang mengadaptasikan digital mendapatkan profit 26% lebih banyak dibandingkan industry peers.

Menurut penelitian tersebut, keberhasilan ekonomi digital dipengaruhi oleh empat pilar utama yaitu customer expectation, product enhancements, collaborative innovative, dan organizations forms.

Customer expectation

Teknologi digital membuat perusahaan untuk lebih terikat dengan konsumen dan menawarkan produk dengan harga terjangkau. Namun, memberikan pengalaman yang luar biasa tidaklah mudah karena pelanggan semakin cerdas.

Saat ini, pelanggan mengharapkan pengalaman proaktif. Pemakaian big data menjadi salah satu pendorong untuk memberikan pengalaman proaktif bagi pelanggan. Perusahaan dapat memanfaatkan data untuk menemukan celah keamanan perusahaan, privasi data, dan keterbatasan analitik yang terlihat jelas.

Product enhancements

Perusahaan yang sedang berkembang perlu mengintegrasikan produk terkait ke dalam solusi industry sembari memperluas jangkauan industri. Yang pada akhirnya dapat menciptakan potensi industri baru.

Terlepas dari produk individu, perusahaan memanfaatkan platform untuk menghubungkan antara penjual dengan pembeli, pemilik dengan penyewa, dan pengemudi dengan penumpang. Beberapa platform berhasil memunculkan ekonomi baru akibat permintaan konsumen yang semakin banyak, ini dapat dilihat dari perusahaan transportasi seperti Uber dan Gojek.

Collaborative innovations

Perusahaan harus lebih inovatif dalam merespon pasar yang kompetitif. Kolaborasi diperlukan untuk menghadirkan inovasi baik untuk perusahaan, pelanggan, mitra, praktisi, sampai Lembaga riset peneliti.

Agar dapat berkembang, perusahaan berkolaborasi untuk membangun ekosistem yang bergerak melampaui rantai pasokan linier.

Berdasarkan penelitian MIT, perusahaan dengan pendapatan 50% atau lebih dari ekosistem digital memiliki pendapatan lebih tinggi dan margin keuntungan lebih tinggi daripada rata-rata industri mereka.

Kemunculan Internet of Things penting dalam keberlangsungan kolaborasi dan ekosistem. Di mana banyak perusahaan memastikan penawaran kerja sama mereka di semua area industri mulai dari kesehatan, otomasi, sampai smart city.

Organizational leadership

Perusahaan perlu menata ulang struktur dan budaya perusahaan untuk menghasilkan pasar dan model bisnis baru. Model production-oriented industry economy tidak akan bekerja di dunia ekonomi digital yang cepat berubah.

Perusahaan melibatkan data scientist untuk meningkatkan pembelajaran organisasi. Membuat keputusan lebih cepat dengan mengandalkan algoritma, AI, robot, dan teknologi lainnya.

Ekonomi digital menjadi salah satu masalah yang dihadapi sekarang. Teknologi mempercepat transformasi digital dalam lingkup sosial dan bisnis, dan melahirkan jenis ekonomi baru di masa depan. Walaupun begitu, ekonomi digital mampu mendisrupsi kultur ekonomi dan sosial yang sudah ada. Hal ini serupa dengan kelahiran revolusi industri pada abad ke 18.

Dapatkan paparan terkait ekonomi digital yang berkelanjutan dalam conference bertajuk Digital Transformation as the Key to National Digital Economic Growth (AFTECH Role). Kunjungi digitaltransformation.co.id untuk informasi dan registrasi.

Pusat Ekonomi Digital di Asia Tenggara

Mengukir Nama Indonesia sebagai Pusat Ekonomi Digital di Asia Tenggara

Seiring dengan perkembangan teknologi digital, Indonesia telah memasuki era transformasi digital yang mengubah kehidupan masyarakat. Potensi ekonomi digital makin meningkat karena adopsi teknologi oleh masyarakat.

Peluang ini menjadikan Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan bagi perusahaan teknologi dan startup. Artikel ini akan membahas bagaimana Indonesia dapat mengukir namanya sebagai pusat ekonomi digital di Asia Tenggara.

Faktor-Faktor Kunci Pusat Ekonomi Digital

Ilustrasi pekerjaan ekonomi digital

Beberapa faktor kunci yang mendorong Indonesia menuju posisi pusat ekonomi digital di Asia Tenggara meliputi.

Populasi dan Pertumbuhan Pengguna Internet

Indonesia memiliki jumlah populasi lebih dari 270 juta jiwa. Angka ini menjadi pasar yang menarik bagi perusahaan teknologi. Pertumbuhan pengguna internet yang pesat, terutama di kalangan masyarakat perkotaan dan pemuda, memberikan potensi besar bagi perkembangan ekonomi digital.

Pertumbuhan Startup dan Inovasi Teknologi

Indonesia telah menjadi ladang subur bagi perkembangan startup dan inovasi teknologi. Munculnya berbagai perusahaan rintisan yang sukses seperti e-commerce, fintech, transportasi online, dan edutech telah mengubah lanskap bisnis di Indonesia.

Infrastruktur Digital yang Berkembang

Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan infrastruktur digital di seluruh negara, termasuk pengembangan jaringan broadband, pembangunan pusat data, dan program pemerataan akses internet. Langkah-langkah ini mendorong pertumbuhan ekonomi digital serta menciptakan lingkungan bagi perusahaan teknologi.

Tantangan yang Perlu Diatasi

Pemerataan internet

Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan dalam upaya menjadi pusat ekonomi digital di Asia Tenggara. Beberapa tantangan tersebut antara lain:

Pemerataan Akses Internet

Meskipun pertumbuhan akses internet di Indonesia telah pesat, tantangan pemerataan akses masih ada. Area terpencil masih kesulitan menikmati akses internet. Pemerintah perlu mengembangkan infrastruktur internet untuk memastikan akses yang merata di seluruh wilayah.

Regulasi dan Kebijakan yang Mendukung

Untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan ekonomi digital, diperlukan regulasi dan kebijakan yang jelas dan mendukung. Hal ini termasuk perlindungan data pribadi, perlindungan konsumen, dan kebijakan pajak yang sesuai dengan perkembangan teknologi digital.

Kekurangan Tenaga Ahli Teknologi

Indonesia perlu memastikan ketersediaan tenaga ahli teknologi yang memadai. Peningkatan pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi informasi dan komunikasi menjadi hal penting.

Menggali Langkah Strategis untuk Mengukir Nama Indonesia sebagai Pusat Ekonomi Digital di Asia Tenggara

Metode Value Chain Analysis

Untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai pusat ekonomi digital di Asia Tenggara, dapat menggunakan pendekatan metode “Value Chain Analysis” yang dikembangkan oleh Michael Porter pada tahun 1985.

Metode ini memberikan kerangka kerja yang mendalam untuk menganalisis dan memahami bagaimana nilai ditambahkan dalam rantai nilai ekonomi digital, serta mengidentifikasi langkah-langkah strategis yang harus diambil untuk meningkatkan daya saing Indonesia dalam ekonomi digital.

Identifikasi Aktivitas Utama dalam Rantai Nilai Ekonomi Digital

Pertama-tama, dilakukan analisis komprehensif terhadap aktivitas utama dalam rantai nilai ekonomi digital. Ini termasuk aktivitas seperti pengembangan platform digital, produksi konten digital, distribusi dan pemasaran, serta penyediaan layanan pelanggan.

Dalam menganalisis setiap aktivitas ini, penting untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta peluang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

Identifikasi Faktor Pendukung dalam Rantai Nilai Ekonomi Digital

Selain aktivitas utama, analisis juga harus dilakukan terhadap faktor pendukung yang mempengaruhi daya saing ekonomi digital. Faktor-faktor ini mencakup infrastruktur digital, kebijakan regulasi yang mendukung, ketersediaan tenaga kerja yang terampil, akses pendanaan, dan ketersediaan data yang berkualitas.

Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung akan membantu merancang langkah-langkah strategis untuk memperkuat ekosistem ekonomi digital.

Identifikasi Ancaman dan Tantangan

Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi ancaman dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan ekonomi digital. Ini mungkin termasuk kekurangan akses internet, kurangnya literasi digital, tantangan keamanan siber, dan persaingan dari negara-negara tetangga.

Dalam menghadapi tantangan ini, perlu ada langkah-langkah strategis yang berfokus pada mitigasi risiko dan peningkatan ketahanan dalam ekosistem ekonomi digital.

Penentuan Langkah Strategis Metode SWOT

Metode SWOT

Penentuan langkah strategis untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai pusat ekonomi digital di Asia Tenggara dapat mengacu pada metode “SWOT Analysis”. Metode ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk menganalisis kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam ekosistem ekonomi digital Indonesia, yaitu:

Kekuatan (Strengths)

Identifikasi kekuatan Indonesia dalam ekonomi digital meliputi:

  • Potensi pasar yang besar dan pertumbuhan pengguna internet yang pesat.
  • Pertumbuhan startup dan inovasi teknologi yang berkembang.
  • Ketersediaan sumber daya manusia yang terampil di bidang teknologi.
  • Infrastruktur digital yang sedang berkembang, termasuk jaringan internet dan pusat data.

Kelemahan (Weaknesses)

Pahami kelemahan yang perlu diatasi untuk memperkuat ekonomi digital Indonesia, seperti:

  • Ketimpangan akses internet antara daerah perkotaan dan pedesaan.
  • Kurangnya literasi digital di kalangan masyarakat.
  • Regulasi yang kompleks dan kurangnya kepastian hukum dalam ekonomi digital.
  • Keterbatasan investasi dalam riset dan pengembangan teknologi.

Peluang (Opportunities)

Tentukan peluang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, seperti:

  • Peningkatan penetrasi smartphone dan adopsi teknologi baru oleh masyarakat.
  • Perkembangan sektor industri yang berpotensi mengadopsi teknologi digital, seperti e-commerce, fintech, dan logistik.
  • Keterbukaan pasar global bagi produk dan layanan digital Indonesia.
  • Kerjasama internasional dalam pengembangan teknologi dan inovasi.

Ancaman (Threats)

Identifikasi ancaman yang perlu diantisipasi agar Indonesia tetap kompetitif dalam ekonomi digital, seperti

  • Persaingan dengan negara-negara tetangga yang juga mendorong ekonomi digital.
  • Ancaman keamanan siber dan kerentanan terhadap serangan cyber.
  • Kurangnya perlindungan data pribadi dan privasi pengguna.
  • Ketidakpastian ekonomi global yang dapat mempengaruhi investasi dan pertumbuhan ekonomi digital.

Menentukan langkah strategis

Langkah-langkah strategis dapat ditentukan, termasuk:

  • Mengembangkan program pelatihan dan pendidikan digital yang mencakup literasi digital, keterampilan teknologi, dan pengembangan startup.
  • Mendorong investasi dalam infrastruktur digital yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
  • Membangun kerangka kerja regulasi yang jelas dan memperkuat perlindungan data pribadi dan privasi pengguna.
  • Mendorong kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan untuk mengembangkan inovasi dan riset teknologi.

Kesimpulan

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi digital di Asia Tenggara. Dengan populasi yang besar, pertumbuhan pengguna internet yang pesat, perkembangan startup dan inovasi teknologi, serta upaya pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur digital, Indonesia telah menciptakan landasan yang kuat untuk mencapai tujuan tersebut.

Namun, untuk mengukir namanya sebagai pusat ekonomi digital, indonesia harus mengatasi sejumlah tantangan. Perlu upaya untuk mewujudkan akses internet yang merata di seluruh wilayah, memperkuat literasi digital di kalangan masyarakat, dan menciptakan regulasi yang mendukung inovasi dan perlindungan data pribadi. Selain itu, persaingan dengan negara-negara tetangga dan ancaman keamanan siber juga harus diatasi melalui kerjasama dan langkah-langkah strategis yang tepat.

ekonomi digital

Transformasi Digital: Menuju Indonesia yang Unggul dalam Ekonomi dan Masyarakat Digital

Indonesia tengah berada di tengah era digital yang penuh dengan potensi dan tantangan. Untuk memanfaatkan potensi tersebut dan mengatasi tantangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah memprakarsai konsep Visi Indonesia Digital (VID) 2030 dan 2045.

Konsep ini menjadi pedoman kebijakan dan strategi yang akan membimbing perkembangan pembangunan digital nasional. Serta menjadi acuan dalam perancangan RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029.

Mengarahkan Indonesia ke Era Digital

Ilustrasi visi Indonesia digital

Tujuan utama dari Visi Indonesia Digital adalah membentuk masyarakat dan ekonomi digital yang berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan.

Ada empat pilar utama yang mendasari visi ini: infrastruktur digital, pemerintah digital, ekonomi digital, dan sumber daya manusia (SDM) digital. Melalui integrasi keempat pilar ini, Indonesia berharap menjadi negara yang unggul dalam arena transformasi digital global.

Infrastruktur Digital: Fondasi Perubahan

Pilar pertama, infrastruktur digital, menjadi fondasi yang sangat penting dalam mewujudkan Visi Indonesia Digital. Prioritas utama adalah pengembangan dan pemerataan infrastruktur TIK yang tangguh dan terjangkau.

Upaya-upaya penting dalam hal ini termasuk peningkatan akses dan kecepatan internet, pengembangan jaringan giga, dan pengoptimalan teknologi broadband. Semua ini memiliki tujuan untuk memastikan konektivitas yang cepat dan handal di seluruh wilayah Indonesia.

Pemerintah Digital: Penggerak Perubahan

Pilar kedua, pemerintah digital, berfungsi sebagai motor penggerak transformasi digital di semua sektor. Pemerintah diharapkan menjadi pionir dalam men layanan publik yang efisien, transparan, dan terintegrasi secara digital.

Langkah-langkah penting dalam mewujudkan hal ini termasuk implementasi e-government, digitalisasi administrasi publik, dan pembentukan kebijakan yang mendukung inovasi teknologi. Pemerintah juga perlu membina lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan startup dan inovasi digital.

Ekonomi Digital: Pilar Kekuatan Baru

Pilar ketiga, ekonomi digital, berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di era digital. Visi ini menargetkan Indonesia untuk menjadi pusat ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara.

Untuk mewujudkan hal ini, sektor industri diharapkan meningkatkan adopsi teknologi digital. Ini meliputi pengembangan ekosistem startup yang kuat, serta transformasi digital di berbagai sektor lain seperti pertanian, pariwisata, manufaktur juga menjadi fokus utama.

SDM Digital: Pilar Penggerak Perubahan

Pilar keempat, SDM digital, menjadi kunci dalam mewujudkan Visi Indonesia Digital. Pengembangan keterampilan digital, peningkatan literasi digital, dan pemenuhan kebutuhan SDM yang berkualitas dalam bidang TIK menjadi prioritas.

Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan bakat dalam teknologi digital harus didorong secara menyeluruh. Hal ini dapat dimulai dari tingkat sekolah hingga dunia kerja.

Langkah Strategis Menuju Visi Indonesia Digital

Mewujudkan Visi Indonesia Digital membutuhkan strategi yang komprehensif dan mendalam. Untuk itu, diperlukan empat langkah strategis berdasarkan pada model Strategic Alignment dari Henderson dan Venkatraman (1993). Model ini menekankan pentingnya penyesuaian strategi, struktur, dan operasional antara aspek bisnis dan teknologi.

Strategic Alignment dari Henderson dan Venkatraman (1993)

1. Penyusunan Kebijakan Progresif

Langkah pertama adalah menyusun kebijakan yang mendukung pengembangan infrastruktur digital yang merata dan terjangkau. Kebijakan ini harus diarahkan untuk menciptakan iklim investasi yang baik dan menghilangkan hambatan dalam pengembangan infrastruktur digital.

Kebijakan yang progresif berperan dalam menarik investor dan mendorong kompetisi sehat. Sehingga, dapat menghasilkan jaringan digital yang berkualitas dan terjangkau.

2. Investasi dalam Peningkatan Literasi Digital dan Pelatihan

Langkah kedua, berdasarkan pilar ‘Keterampilan dan Kualifikasi’ dalam model Strategic Alignment, adalah investasi dalam peningkatan literasi digital dan pelatihan. Hal ini penting untuk mempersiapkan SDM digital yang handal dan adaptif.

Peningkatan literasi digital perlu melibatkan semua lapisan masyarakat. Bentuk dari peningkatan literasi digital mencakup keterampilan penggunaan komputer, internet, dan aplikasi digital. Selain itu, pelatihan keterampilan digital lanjutan dilakukan untuk mempersiapkan tenaga kerja di era digital.

3. Menciptakan Lingkungan Bisnis yang Kondusif bagi Inovasi dan Pertumbuhan Industri Digital

Langkah ketiga adalah menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif bagi pertumbuhan industri digital. Dalam konteks model Strategic Alignment, hal ini berkaitan dengan penyesuaian antara strategi bisnis dan strategi IT.

Pemerintah perlu bekerja sama dengan sektor swasta untuk mendorong inovasi. Bentuk kerja sama tersebut dapat melalui insentif pajak untuk penelitian dan pengembangan, regulasi yang mendukung pertumbuhan startup digital, dan kebijakan yang mendorong adopsi digital di sektor bisnis tradisional.

4. Meningkatkan Kolaborasi antara Pemerintah, Industri, Akademisi, dan Masyarakat Sipil

Langkah keempat adalah memperkuat kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat sipil. Menurut model Strategic Alignment, penyesuaian antara infrastruktur dan proses bisnis dengan infrastruktur dan proses IT sangat penting.

Dalam konteks ini, kolaborasi dapat memastikan bahwa infrastruktur digital yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan bisnis. Begitu juga sebaliknya, bahwa bisnis dapat mengoptimalkan manfaat dari infrastruktur digital yang ada.