Photo credit: Tara Winstead (pexels)
Pernahkah Anda mendengar istilah ketahanan finansial? Tahukah Anda jika Indonesia menjadi salah satu negara terburuk dalam ketahanan finansial pada 2020 lalu berdasarkan penelitian dari OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development)? Organisasi tersebut melakukan survei dan mengukur waktu yang diperlukan para responden di Indonesia untuk bertahan hidup tanpa pinjaman uang jika kehilangan sumber pendapatan.
Sebanyak 46% menjawab bahwa mereka hanya akan mampu bertahan selama satu minggu saja. Sisanya menjawab dapat bertahan hidup selama 1-6 bulan (33%) dan tidak menjawab (22%). Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan finansial di Indonesia termasuk dalam taraf yang memprihatinkan. Terlebih karena pandemi Covid-19 dan kemungkinan bahaya lainnya yang mengancam di masa depan. Untuk itu, masyarakat Indonesia perlu mendapatkan edukasi yang cukup terkait ketahanan finansial ini.
Apa itu ketahanan finansial?
Ketahanan finansial adalah kemampuan seseorang untuk bertahan dan pulih dari kesulitan serta gangguan keuangan dalam jangka waktu tertentu. Ketahanan finansial merupakan suatu proses berkelanjutan yang bisa menyelamatkan seseorang dari keterpurukan finansial sementara untuk jangka waktu yang panjang.
Dalam hidup ini, tidak ada yang pasti, sehingga penting untuk menjaga keuangan bila terjadi suatu musibah yang tidak diinginkan. Tujuan utama dari membentuk ketahanan finansial adalah memperkuat keuangan Anda. Tentunya hal ini tidak bisa terjadi secara instan. Anda harus memiliki kebiasaan menabung yang tinggi, mengurangi pengeluaran dan juga utang, serta melakukan pengelolaan dana secara efisien dan cermat.
Baca Juga: Memecahkan 4 Tantangan di Industri Layanan Finansial
Mengapa ketahanan finansial penting?
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, dunia yang kita tinggali adalah dunia tanpa kepastian. Bisa saja musibah tiba-tiba datang dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Misalnya, saat ini kita sedang dihadapkan dengan permasalahan global, yakni pandemi Covid-19.
Pandemi yang sudah berlangsung sejak 2020 lalu ini secara tidak langsung meninggalkan efek buruk bagi keuangan dunia. Banyak perusahaan yang bangkrut, karyawan yang dipecat, dan kehilangan mata pencahariannya. Berbagai macam nilai saham pun anjlok karena perputaran keuangan global tersendat. Banyak sektor usaha mengalami kemunduran akibat pandemi yang tiba-tiba menyerang dunia.
Pandemi Covid-19 bisa menjadi sebuah peringatan bagi kita semua untuk mulai menguatkan ketahanan finansial. Pada masa yang sulit, Anda bisa saja kehilangan sumber pendapatan utama. Jika pengaturan finansial Anda buruk, maka akan sulit untuk bertahan pada masa-masa yang paling membutuhkan dana. Untuk itulah dibutuhkan lembaga yang bisa menuntun Anda demi menciptakan keuangan yang sehat. Jadi, jika masa sulit datang, Anda tetap bisa bertahan hidup.
Dunia perbankan memegang kunci agar bisa membentuk nasabah yang tahan secara finansial. Baik lembaga bank dan nasabah harus bersama merencanakan keuangan yang sehat dengan pengelolaan yang cermat dan tepat.
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ketahanan finansial adalah dengan meningkatkan dana darurat dan mulai melakukan investasi sedini mungkin. Namun, tentu kedua hal itu perlu perencanaan yang matang dengan melihat aspek kehidupan nasabah. Untuk itulah, bank harus memiliki sistem yang tepat agar tiap nasabah bisa membangun ketahanan finansial yang cocok bagi tiap individu.
Bagaimana bank membentuk nasabah yang tangguh secara finansial?
Membentuk nasabah yang tahan secara finansial tidak hanya baik untuk nasabah itu sendiri, tapi juga bagi bank. Jika terjadi masa sulit, bank bisa saja kehilangan nasabah atau terjadi peningkatan pinjaman yang akan berakibat buruk bagi perputaran keuangan. Terlebih, bila ada lebih banyak orang yang tidak tangguh secara finansial dibanding yang tangguh. Oleh karena itu, menjadikan pelanggan tahan finansial sangatlah penting.
Nasabah yang memiliki finansial kuat akan berada di posisi terbaik, utang yang sedikit, tabungan yang terus meningkat, dan pengelolaan uang menjadi lebih baik. Dengan demikian, bank juga akan menerima pendapatan lebih besar, peningkatan pangsa dompet, dan juga menghasilkan loyalitas nasabah yang baik.
Produk dan layanan dari bank dirancang dengan mempertimbangkan ketahanan finansial nasabah. Bank harus bisa membaca dan mengurangi beban nasabah ketika membuat keputusan tabungan dan pengelolaan uang. Misalnya, berapa banyak yang harus ditabung? Bagaimana seharusnya rencana tabungan berubah ketika pendapatan fluktuatif? Banyak pelanggan tidak memiliki pengetahuan tersebut untuk memutuskan pengelolaan keuangan mereka.
Di sinilah peran AI (Artificial Intelligence) dan data diperlukan. Dengan mengandalkan AI, analisis data menjadi lebih mudah. Mesin akan menerima data penting nasabah yang bisa dijadikan acuan untuk mempertimbangkan keputusan finansial. Misalnya, apakah nasabah memiliki tanggungan? Berapa banyak pemasukan dan pengeluaran nasabah? Berapa yang harus disisihkan untuk masuk dalam rencana tabungan nasabah? Apakah nasabah perlu berinvestasi dan investasi seperti apakah yang menguntungkan bagi nasabah?
Baca Juga: Cara AI Meningkatkan Customer Experience di Sektor Keuangan
Hal-hal tersebut dapat dikalkulasi dengan baik melalui pemanfaatan teknologi yang kini semakin canggih. Jika data sudah diterima, maka AI bisa memberikan prediksi yang menjadi landasan perencanaan keuangan nasabah. AI juga bisa mendeteksi produk atau layanan bank apa yang paling tepat serta merekomendasikan untuk mengurangi pengeluaran atau utang jika diperlukan.
Ketahanan finansial yang baik dapat membantu masyarakat untuk bertahan hidup pada masa-masa sulit, contohnya saat pandemi Covid-19. Bank bisa membantu masyarakat mewujudkan tersebut melalui penggunaan AI. Melalui teknologi AI, bank dapat mengakses data penting untuk memberikan produk dan layanan perbankan terbaik bagi nasabah. Dengan produk perbankan yang tepat, masyarakat pun bisa lebih mudah mencapai ketahanan finansial.