smart water management di perusahaan air di Indonesia

Penerapan Smart Water Management pada Perusahaan Air di Indonesia

Photo by Nithin PA (Pexels)

Transformasi digital di industri utilitas di Indonesia salah satunya bisa dilihat dari pengimplementasian Smart Water Management System pada perusahaan airnya.

Sejak beberapa tahun lalu, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) telah melakukan proses transformasi melalui Smart Water Management System (SWM). Smart Water Management System adalah proses jangka panjang yang sistematis yang bertujuan untuk mengontrol penggunaan air secara efektif dan efisien.

Dengan adanya sistem tersebut, air yang tadinya terbuang dan menjadi limbah rumah tangga dapat kembali diolah dan dimanfaatkan kembali.

Beberapa PDAM di Indonesia, seperti PDAM Surya Sembada Surabaya, proyek SPAM Semarang Barat, Moya Indonesia, Playja, dan Traya Tirta adalah beberapa contoh proyek pengembangan dan revitalisasi sistem pengelolaan air yang dibantu oleh Schneider Electric, perusahaan global yang bergerak di pengelolaan energi dan otomasi.

Solusi teknologi dalam krisis defisiensi pada sektor air

Di tahun 2021, data mencatat konsumsi listrik pada sektor air mencapai sekitar 4% dari konsumsi global. Selain itu, air yang hilang pada saat proses pemompaan dan distribusi di dalam pipa mencapai 25-35%. Belum lagi ada kebocoran pipa yang tidak terdeteksi. 

Hedi Santoso, Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, menyatakan bahwa pemanfaatan sensor, Artificial Intelligence (AI), digital-twin, dan analisis prediktif dengan platform terbuka dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan di atas. 

Masalah belum berhenti sampai sana. Dades Prinandes, Kasubdit Perencanaan Teknis Direktorat Air Minum Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR, menambahkan bahwa tiga krisis defisiensi lainnya yang masih dihadapi oleh sektor air di Indonesia adalah perihal sumber air yang semakin terbatas, kapasitas SDM yang terbatas, serta infrastruktur yg menua sehingga kinerjanya berkurang.

Untuk mengatasi hal di atas, pemerintah dalam RPJMN 2020-2024 telah membuat roadmap Smart Grid Water Management dengan harapan di tahun 2024, hunian akses air minum layak mencapai 100%.

Baca Juga: Kemenkes Luncurkan Sistem Integrasi Kesehatan, PR Belum Selesai

Smart Water Management (SWM) dalam perubahan iklim

Smart water management sebagai salah satu cara mengatasi perubahan iklim
Photo by Markus Spiske (Pexels)

Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dalam sebuah pernyataan resmi biro komunikasi Kementerian PUPR, menyatakan bahwa ia mengharapkan Smart Water Management (SWM) mampu memberikan data real-time mengenai kondisi sumber daya air, kondisi iklim, serta prakiraan cuaca.

Perubahan iklim yang rentan dengan timbulnya bencana dan permasalahan ekonomi-sosial juga diharapkan bisa diatasi dengan optimalisasi teknologi informasi dan komunikasi ini. Seperti misalnya Smart Water Management yang bisa digunakan dalam memonitor curah hujan, alokasi penggunaan air, mengukur kualitas air, dan sebagainya.

Selain itu, untuk mendukung optimalnya Smart Water Management, Milfan Rantawi, Direktur Operasional Perum Jasa Tirta I, menyatakan bahwa diperlukan “Command Center” untuk memaksimalkan kinerja SWM. Jadi, data-data telemetri yang ada akan dikelola secara terpusat dan disajikan secara real-time.

Thames Water

Transformasi digital di industri utilitas tidak hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga di belahan dunia lainnya. Salah satu pemanfaatan teknologi yang berhasil dilakukan adalah oleh Thames Water, perusahaan yang menangani kebutuhan air untuk 15 juta orang di seluruh London dan wilayah Lembah Thames.

Luasnya area yang harus Thames Water tangani membuat setidaknya ada 700 ribu pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan setiap tahunnya. Permasalahannya pun beragam, mulai dari selokan tersumbat hingga pipa yang membeku. 

Jika ada masalah demikian, pelanggan tentu meminta Thames Water untuk bekerja segera dan menyelesaikan dengan cepat. Sayangnya, keterbatasan teknologi dan data yang ada membuat Thames Water sulit mendapatkan gambaran lengkap tentang informasi yang tersedia sehingga penyampaian layanan pelanggannya tidak berjalan efektif.

Melihat masalah tersebut, Thames Water bekerja sama dengan Accenture dan mengimplementasikan dengan cepat solusi teknologi yang dimilikinya, yaitu Salesforce Service Cloud dan Field Service berbasis data.

Dengan Salesforce Service Cloud dan Field Service, Thames Water kini dapat mengkonsolidasikan 13 sistem yang ada di seluruh layanan pelanggan, serta melakukan penjadwalan dan pengiriman tim insinyur lapangan dalam satu tahapan saja.

Adanya solusi teknologi ini membuat Thames Water mengalami perbedaan yang signifikan. Kini, perwakilan layanan pelanggan mereka memiliki akses yang cepat dan mudah ke detail interaksi pelanggan, baik yang baru maupun yang sebelumnya. Integrasi ini memudahkan Thames Water melakukan continuity of care kepada para pelanggannya. Keluhan akan operasional Thames Water pun turun hingga 40%.

Baca Juga: 5 Keuntungan Penerapan Komputasi Awan dalam Industri Konstruksi

Tidak memanfaatkan teknologi dan menunda perjalanan transformasi digital di industri utilitas tentu akan menghambat perkembangan yang bisa terjadi. Oleh sebab itu, mari bergabung dalam Digital Transformation Conference & Expo yang akan diselenggarakan pada tanggal 3-4 Agustus di JCC Senayan untuk berdiskusi mengenai apa solusi teknologi yang paling tepat yang bisa diimplementasikan untuk perusahaan dan industri Anda.

2

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *