DTI - How technology can support health works in times of stress

Peran Teknologi dalam Mengurangi Stres di Tempat Kerja

Photo credit: Freepik

Peran teknologi dalam menjaga operasional bisnis sudah tidak lagi perlu diragukan. Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, muncul fakta baru bahwa peran teknologi mampu mengurangi stres di tempat kerja.

Penelitian oleh HIMSS (Healthcare Information and Management Systems Society) mengeksplorasi dampak pandemi pada lebih dari 400 dokter dan tenaga medis di sepuluh negara. Laporan tersebut menemukan bahwa kelelahan dan stres di tempat kerja—dalam hal ini rumah sakit, klinik, dan pusat pelayanan kesehatan lainnya—mengalami peningkatan cukup signifikan.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kelelahan dan stres kronis di tempat kerja sebagai fenomena burnout. Umumnya, kondisi burnout ditandai dengan kelelahan mental, perasaan negatif atau sinis tentang pekerjaan, serta penurunan produktivitas. Tingginya tingkat stres di tempat kerja selama pandemi memberi kesadaran bagi perusahaan untuk memastikan tempat kerja mereka memenuhi kebutuhan karyawan yang terus berkembang.

Jadi, bagaimana peran teknologi dalam mengurangi stres di tempat kerja?

Fakta kesejahteraan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan berperan penting dalam memberikan perawatan dan pelayanan kepada orang sakit, baik secara langsung sebagai dokter dan perawat maupun secara tidak langsung sebagai asisten, teknisi, atau petugas penanganan limbah medis. Banyak riset yang telah dipelajari dan ditulis tentang kesejahteraan dan kualitas perawatan pasien. Akan tetapi, hanya sedikit perhatian yang difokuskan pada kesejahteraan tenaga kesehatan.

Faktanya, banyak dokter dan petugas kesehatan lain kehilangan prioritas perhatian atas kesehatan dan kesejahteraan pribadi. Terlebih saat mereka menghadapi tekanan dari beban kerja yang meningkat, basis pengetahuan yang berkembang pesat, dan peraturan pemerintah yang bersifat dinamis. Pada akhirnya, faktor-faktor tersebut justru membuat tenaga medis sulit menyeimbangkan kebutuhan pribadi dan profesionalisme mereka dalam bekerja.

Kondisi burnout pada tenaga kesehatan

Sebelum menghadapi situasi pandemi, tekanan pekerjaan yang intens sudah sering dirasakan para tenaga kesehatan. Namun demikian, tekanan dan tuntutan pekerjaan tenaga medis semakin tinggi di tengah pandemi. Banyaknya rekan kerja yang terpapar virus dan meninggal dunia, serta jam kerja sekaligus jumlah pasien yang bertambah, tentu menimbulkan tingkat stres yang sangat tinggi.

Bahkan berdasarkan hasil riset tim peneliti dari MKK FKUI (Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), terlihat bahwa sebanyak 83% tenaga kesehatan di Indonesia mengalami burnout di level sedang dan berat. Secara psikologis, level burnout tersebut berisiko terhadap penurunan produktivitas kerja dan kualitas hidup dalam pelayanan kesehatan. Para tenaga kesehatan bahkan dapat merasa kelelahan ekstrem, depresi, hingga merasa kurang kompeten dalam menjalankan tanggung jawab.

Apa yang mendorong tingkat kelelahan ini?

Faktor pendorong tingkat kelelahan dan stres tenaga kesehatan pada dasarnya cukup beragam, mulai dari beban administrasi yang berlebihan hingga kurangnya kontrol atas hari kerja. Di samping itu, model remunerasi yang buruk juga turut berkontribusi pada kelebihan beban kerja yang dialami tenaga kesehatan tersebut.

Para pengambil keputusan menghadapi krisis kesehatan mental dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya. Hal ini mengharuskan mereka mengambil langkah besar untuk mempertahankan SDM (Sumber Daya Manusia) terbaik yang telah dimiliki saat ini. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan gaya kepemimpinan kolaboratif, di mana tim manajemen menanggapi tuntutan yang berubah dan melengkapi tenaga kesehatan dengan alat dan teknologi yang tepat untuk mengurangi risiko stres.

Peran teknologi modern

Peran teknologi modern dalam mendukung kesehatan mental tenaga kesehatan, serta mengurangi level stres, sangatlah penting. Teknologi memegang peran krusial dalam mengurangi beban waktu yang dihabiskan untuk berbagai rutinitas. Adanya teknologi modern juga memberi tenaga kesehatan lebih banyak waktu untuk fokus melayani pasien yang ada di fasilitas kesehatan. Berbagai teknologi modern yang bisa digunakan, yaitu:

1. Pengenalan suara berbasis AI (Artificial Intelegence)

Peran tekologi dalam mengurangi tingkat stres tenaga kesehatan melalui pengenalan suara berbasis AI bisa menjadi pertimbangan. Teknologi ini mampu mengubah ucapan menjadi rangkaian teks yang terbaca oleh sistem komputer. Pada bidang kesehatan, pengenalan suara berbasis AI bisa mempersingkat waktu tenaga kesehatan dalam menemukan rekam medis seorang pasien. Dengan demikian, produktivitas dan kualitas pelayanan kesehatan pun dapat menjadi lebih baik.

2. AI sebagai solusi jangka panjang

Sebagai solusi jangka panjang di sektor kesehatan, AI mampu secara otomatis mendeteksi dan memberi tahu petugas kesehatan bila terjadi perubahan data atau informasi pasien. Artinya, tenaga kesehatan tidak akan melewatkan satu saja informasi yang mengalami perubahan secara dinamis. Peran teknologi AI dalam hal ini juga mengarah pada pengurangan kelelahan dan stres dalam jangka panjang.

3. Pantau karyawan

Tanggung jawab yang besar dalam menjalankan tugas memberikan tekanan besar pada para tenaga kesehatan. Peran teknologi AI dalam hal ini bisa menjadi solusi terbaik untuk mendukung produktivitas tenaga kesehatan. Pemanfaatan teknologi AI melalui platform pengamatan yang cerdas bisa memantau semua pasien selama 24/7, tanpa risiko lelah, tidak fokus, atau stres.

Di Indonesia, masalah kesehatan mental tenaga kesehatan belum mendapat perhatian yang cukup baik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, untuk mengurangi tingkat stres pada tenaga kesehatan, dibutuhan terobosan transformasi digital melalui pemanfaatan teknologi AI. Dengan penerapan AI di sektor kesehatan, maka dokter, perawat, dan tenaga pendukung pelayanan kesehatan lainnya bisa bekerja lebih optimal.

1

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *