pengertian disaster recovery

Pengertian Disaster Recovery, Cara Kerja, dan Manfaatnya

Disaster recovery merupakan sebuah langkah pencegahan yang efektif untuk melindungi data penting. Sebab, di masa depan potensi keburukan yang mengganggu keamanan data akan selalu terjadi. Terutama pada perangkat lunak agar data tidak hilang begitu saja.

Bagaimana pengertian disaster recovery dan penerapan plan untuk keamanan data Anda. Berikut ini ulasannya

Disaster recovery

Mengamankan data cloud dengan disaster recovery

Disaster recovery merupakan konsep keamanan untuk melindungi semua system, aplikasi, maupun komponen IT dari potensi bencana di masa depan, Bencana yang dimaksud meliputi bencana alam sampai dengan serangan siber.

Dengan kata lain, disaster recovery dilakukan untuk proteksi data dari ancaman di masa depan yang tidak dapat diprediksi. Jika seandainya, perusahaan mengalami serangan yang merusak system dan mengancam data maka tersedia system cadangan supaya aktivitas operasional perusahaan dapat Kembali berjalan.

Target disaster recovery dapat diukur dengan Recovery Point Objective (RPO) dan Recovery Time Objectives (RTO). Untuk proses pemulihan data yang terlindung meliputi prosedur dan kebijakan organisasi agar dapat pulih dengan cepat pasca kejadian bencana.

Cara kerja disaster recovery

Disaster recovery

Membuat cadangan data dan system ke tempat berbeda dari data center utama merupakan bentuk sederhana dari disaster recovery. Apabila terjadi bencana pada data, perusahaan masih bisa beroperasi dengan memakai data cadangan.

Terdapat beberapa Langkah dalam memahami cara kerja disaster recovery, antara lain.

Duplikasi data

Duplikasi data penting perusahaan tidak hanya dilakukan di satu tempat saja. Jika terjadi kerusakan di salah satu pusat data, masih ada data yang tersimpan aman di tempat lain.

Semua data yang terdapat di primary side akan diduplikasi dan tersimpan di secondary site. Tempat penyimpanan data dapat dilakukan secara virtual dan tempat fisik.

Mengaktifkan secondary site

Jika primary site mengalami kerusakan, secara otomatis secondary site akan aktif. Ketika terdampak, primary site akan berhenti beroperasi namun ini hanya berlangsung singkat.

Secondary site akan aktif agar operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Walaupun tidak stabil, setidaknya aktivitas harian dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Membangun ulang primary side

Selama secondary site mulai aktif, primary site akan Kembali dibangun. Pembedanya adalah primary site dibangun Kembali dengan infrastruktur baru.

Pembangunan infrastruktur baru primary situ bertujuan agar dapat digunakan kembali setelah bencana selesai. Nantinya, data yang tersimpan di secondary site akan disalin ulang ke primary site supaya tidak mengganggu aktifitas kerja yang sudah berjalan.

Penggantian operasional dari secondary ke primary site

Aktivitas perusahaan dapat Kembali ke tempat asal ketika primary site selesai dibangun. Sebelum digunakan, pastikan seluruh aktivitas data dari secondary site terhenti sejenak. Proses pengalihan seluruh operasional perusahaan dari secondary site ke primary site dapat berjalan dengan baik.

Pentingnya disaster recovery

Perlindungan data

Yang Namanya bencana memang tidak dapat diprediksi. Dalam konteks IT bencana dapat mempengaruhi perlambatan, gangguan dan pemadaman jaringan system IT.

Bentuk bencana yang menyebabkan pemadaman jaringan antara lain

  • Gempa bumi
  • Kegagalan teknologi
  • Kesalahan manusia
  • Ketidakcocokan system
  • Akses tanpa izin dari pihak ketiga

Bencana ini dapat mengganggu operasi bisnis yang mengakibatkan hilangnya pendapatan. Dengan penggunaan disaster recovery membantu organisasi mengatasi gangguan serta memberikan proteksi keamanan data.

Mengapa perusahaan atau organisasi membutuhkan disaster recovery

Agar mampu beroperasi dengan baik, sistem bisnis Anda perlu terus beroperasi selama 24 jam. Ini membuat pentingnya disaster recovery agar bisnis dapat berjalan walaupun sedang terjadi musibah.
Selain untuk jaminan keamanan, ada alasan lain mengapa perusahaan membutuhkan disaster recovery.

Mencegah kehilangan data

Alasan terkuat pemakaian disaster recovery adalah mencegah kehilangan data. Berbagai jenis serangan siber berpotensi untuk mencuri maupun menghapus data bisnis Anda. Terutama data-data kritikal seperti data pelanggan maupun perusahaan.

Menjaga kepuasan pelanggan

Saat bisnis sedang lumpuh, pelanggan bisa saja beralih ke competitor untuk menyelesaikan masalah mereka. Pergeseran ini sering terjadi, namun tidak apabila memakai disaster recovery.

Penggunaan layanan disaster recovery membuat perusahaan tidak mudah kehilangan pelanggan. Namun, Anda perlu menambah biaya lagi untuk mencari pelanggan baru.

Melindungi bisnis

Bisnis manapun di dunia ini rentan terkena musibah maupun serangan yang dapat mengganggu operasional bisnis. Bencana yang tidak segera diatasi membuat operasional bisnis terganggu. Untuk itu, dibutuhkan asuransi untuk melindungi data penting perusahaan.

Disaster recovery menjadi asuransi untuk memproteksi bisnis agar ketika terjadi musibah masih, bisnis dapat beroperasi seperti sedia kala.

Bagaimana cara kerja disaster recovery

Disaster recovery berfokus pada aktivasi dan menjalankan aplikasi dalam beberapa menit setelah pemadaman. Terdapat tiga komponen yang mempengaruhi kinerja disaster recovery.

Preventif

Bisnis membutuhkan perencanaan untuk memastikan semua sistem dapat diandalkan dan aman. Dengan begitu, kemungkinan bencana terkait teknologi dapat diantisipasi.

Pencegahan yang berlaku disini meliputi masalah jaringan, risiko keamanan, dan kesalahan manusia. Maka dari itu, organisasi perlu mengatur peralatan dan strategi yang tepat untuk mencegah bencana yang terjadi.

Salah satu contohnya adalah pengujian sistem perangkat lunak yang memeriksa semua file konfigurasi baru secara otomatis sebelum dapat menerapkan agar mencegah kesalahan konfigurasi dan kegagalan yang terjadi.

Antisipasi

Antisipasi meliputi prediksi bencana yang terjadi di masa mendatang, dan merencanakan prosedur pemulihan bencana yang tepat. Memprediksi ancaman yang terjadi di masa depan memang sulit namun perusahaan masih bisa mencari solusi disaster recovery dengan melakukan analisis dari kejadian di masa lalu.

Salah satu contohnya adalah mencadangkan data bisnis penting ke cloud untuk antisipasi kegagalan di masa mendatang. Cara ini dipakai manajemen data demi menjaga keamanan data.

Mitigasi

Selanjutnya adalah bagaimana bisnis merespon pasca terjadinya bencana. Strategi mitigasi bertujuan mengurangi dampak negatif dalam prosedur bisnis normal.

Terdapat berbagai Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk melakukan mitigasi, antara lain

  • Memperbaharui dokumentasi
  • Melakukan pengujian disaster recovery secara teratur
  • Mengidentifikasi prosedur pengoperasian manual seandainya terjadi pemadaman listrik
  • Mengkoordinasi strategi pemulihan bencana dengan personil terkait

Kunjungi Digital Transformation Indonesia Conference & Expo (DTICX) pada 26-27 Juli 2023 di Jiexpo Kemayoran. Kunjungi tautan ini untuk informasi dan registrasi.

disaster recovery

Mengenal Konsep Disaster Recovery dalam Teknologi Cloud Computing | Fani Fatullah – Chief Technical Officer Eranyacloud

Cloud computing menjadi bagian dari teknologi transformasi digital. Penyimpanan data yang sangat banyak tidak bisa memakai perangkat fisik saja karena ada keterbatasan. Penyimpanan cloud dilakukan secara digital sehingga mudah diakses.

Secara prinsip, data cloud mudah diakses kapan saja dan dimana saja. Walaupun begitu ada kalanya data digital rawan serangan siber. Maka dari itu, dibutuhkan sistem untuk melindungi dan memproteksi data supaya tidak hilang begitu saja.

Konsep perlindungan dan proteksi data cloud sering disebut dengan istilah disaster recovery. Penjelasan tentang disaster recovery dan penggunaannya akan dijabarkan oleh Fani Fatullah – Chief Technical Officer Eranyacloud.

Disaster recovery

Ilustasi disaster recovery

Disaster recovery adalah skema aktif pasif yang berarti memiliki dua lokasi yang mana perusahaan memiliki dua lokasi production. Dari sini, provider membuatkan backup RPO (recovery point objective) dengan durasi satu jam dan running untuk melihat status dari penyimpanan tersebut.

“Pada saat terjadi disaster, customer dapat menyalakan tombol untuk memindahkan data ke lokasi kedua. Ketika sudah dinyalakan, sistem akan mencetak data dari konsumen untuk memastikan semua data tersebut sudah sesuai” Tuturnya

CTO Eranyacloud mengibaratkan disaster recovery seperti konsep tangga darurat dalam gedung bertingkat. Kehadiran tangga darurat tetap tersedia walaupun jarang dipakai. Namun tetap memperhatikan keamanan karena dipakai pada saat terjadi hal-hal darurat.

“Secara umum, konsep disaster recovery menyerupai tangga darurat dalam gedung bertingkat. Walaupun jarang dipakai, namun tetap dibutuhkan untuk memastikan sistem keamanan ketika terjadi masalah” Pungkasnya

Perusahaan tidak hanya mengamankan data, disaster recovery memiliki keuntungan untuk memberikan proteksi data. Perlindungan ini dapat mendeteksi ransomware, add on, dan malware agar dapat diantisipasi.

Penggunaan disaster recovery membantu pengguna untuk terus diawasi selama proses penyimpanan data. Ransomware bisa diatasi dengan membackup data. Dengan adanya proteksi data, system sudah melakukan backup terlebih dahulu sebelum terjadi serangan ransomware.

Berbeda dengan cloud provider lain, Eranyacloud saat ini menggunakan prosesor AMD EPYC sehingga pelanggan dapat merasakan kecepatan 5x dari prosesor yang dimiliki cloud provider pada umumnya.
Prosesor mendukung proses penggunaan cloud untuk melindungi data.

Tempat penyimpanan penting untuk menyimpan dan membaca data maka proses membaca dan menulis semakin cepat. Kecepatan storage dapat dihubungkan dengan konektivitas.

Dengan memakai connectivity network sebesar 25Gb. Kapasitas ini cocok untuk perusahaan yang ingin membutuhkan cloud computing dengan berbagai tipe jalur. Serta kecepatan server mencapai sepuluh kali lebih cepat dari storage biasa berkat NVMe.

Multi cloud

multi cloud

Multi cloud adalah konsep pemakaian dua provider cloud yang berbeda. Sederhananya, perusahaan dapat memakai layanan dari masing-masing penyedia cloud.

Tujuan pemakaian multi cloud untuk meningkatkan fleksibilitas dan keandalan sistem. Bukan cuma itu, organisasi mendapatkan dua keuntungan dari provider yang berbeda. Provider A punya kelebihan dalam kecepatan data sedangkan provider B dipakai untuk menjalankan aplikasi.

Penyiapan dua lokasi cloud berbeda dengan level tier 4 dan tier 3 yang menjamin uptime sampai 99,9% service level agreement (SLA) merupakan bentuk dari compliment sebagai syarat disaster recovery dengan dua provider berbeda.

Jarak antara main data center dengan disaster recovery bersisar 30km sampai 60 km. Ini merupakan regulasi yang harus dipenuhi untuk mendukung disaster recovery.

“Multi cloud bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan dan keandalan sistem dengan memakai dua provider cloud yang berbeda. Jarak antar main data center dengan disaster recovery dapat mencapai 60km demi mendukung keamanan sistem” Ujarnya

Pelayanan disasater recovery untuk perusahaan financial technology (fintech)

ilustrasi karyawan financial technology

Fintech merupakan salah satu industri yang banyak mengolah data. Oleh sebab itu, menerapkan disaster recovery sangat diperlukan demi melindungi data sensitif nasabah.

Perusahaan financial technology(fintech) membutuhkan panduan dan dokumen untuk melakukan laporan ke OJK dan Bank Indonesia. Bentuk bantuan ini sangat membantu dalam urusan pelaporan administrasi keuangan.

Biasanya, perusahaan fintech jarang memiliki orang IT yang khusus mengembangkan dan membuat aplikasi keuangan. Maka dari itu, dibutuhkan konsultan IT agar dapat membantu membuat sistem keamanan dan proses transaksi keuangan secara digital yang aman bagi konsumen.

Hal ini tak lepas dari kompleksitas regulasi perusahaan keuangan ketika konsumennya sedang melakukan transaksi digital. Rumitnya regulasi diperlukan supaya keamanan data terjamin dan mengurangi risiko kebocoran data.

Maka, penerapan sistem keamanan dan proteksi membutuhkan bantuan dari OJK yang meliputi masalah teknikal dan administrasi. Pengguna diberikan kelengkapan infrastruktur, kelengkapan laporan, dan laporan finansial serta compliance untuk konsumen.

Fani Fatullah mengatakan, selain administrasi masih ada persyaratan technical adalah dalam bentuk laporan status seperti rekap data, aplikasi, dan fungsi yang dapat berjalan dengan baik seperti RPO.

RPO (recovery point objective) merupakan kumpulan data yang berbeda yang dapat diterima oleh regulator selama 15 menit. Bentuk lain dari hal tersebut adalah adalah membantu customer untuk menyediakan diklat diatrill per enam bulan sekali.

Dari situ, hasil yang ditampilkan adalah availability data center issue tersebut dalam waktu dua jam apakah sudah bisa diakses oleh konsumen. Proses ini dilakukan secara periodik, kemudian membuat laporan berdasarkan hasil pengujian teknikal.

Bentuk compliance karena proses pengurusan cloud sangatlah panjang dan melibatkan berbagai pihak. Terutama dalam urusan administrasi dan teknikal untuk konsumen.

Cloud computing tidak bisa lepas dari AI karena dalam penggunaannya melibatkan penggunaan dan pengolahan data. Teknologi AI dapat membahayakan apabila dipakai secara kurang bijak. Penggunaan yang liar berpotensi melahirkan kejahatan digital seperti pencurian data.

Eranyacloud

Kunjungi Eranyacloud untuk menemukan solusi cloud infrastructure dan cloud service lainnya. Temukan solusi pengembangan dan pemanfaatan big data melalui Digital Transformation Indonesia Conference and Expo melalui tautan ini.