Photo by Rawpixel
Ancaman cyber security semakin meluas beberapa tahun belakangan. Dampaknya bahkan tidak main-main. Dalam sebuah laporan dari McAfee, kerugian yang diakibatkan oleh serangan cyber security di seluruh dunia pada 2020 bahkan bisa mencapai US$1 triliun.
Sektor yang terdampak pun tidak lagi terbatas pada teknologi dan informasi. Beberapa sektor industri yang sebelumnya dianggap “aman” seperti sektor energi pun turut terdampak. Salah satu faktor penyebabnya adalah serangan pandemi Covid-19. Kebijakan work from home yang mengharuskan karyawan untuk bekerja di luar kantor menyebabkan perusahaan mau tak mau harus melakukan transformasi digital.
Transformasi yang prematur ini menyebabkan munculnya celah keamanan. Celah-celah tersebut bahkan sering kali baru disadari saat ancaman sudah mulai menyerang sistem. Lantas, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi ancaman cyber security pada sektor energi?
Baca Juga: Cara Mengatasi Cyber Crime: Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?
Ancaman cyber security di sektor energi
Berbagai sektor industri kini mulai melakukan transformasi digital, bahkan untuk sektor yang sebelumnya tidak memanfaatkan teknologi digital. Perlahan-lahan, perusahaan memperbarui dan meningkatkan jaringan TO (teknologi operasional) mereka. Mesin-mesin lama diganti dengan mesin-mesin baru yang lebih canggih dan menerapkan sistem modern. Penerapan TI (teknologi informasi) pun semakin meluas ke berbagai aspek.
Hal ini juga terjadi pada sektor energi. Penerapan TI yang dibarengi dengan peningkatan TO memang terbukti mampu meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Namun, di sisi lain, kemudahan tersebut datang dengan beberapa tantangan. Salah satunya adalah ancaman cyber security.
Mengapa sektor energi rentan terhadap ancaman cyber security?
Faktor utama yang menyebabkan sektor energi rentan terhadap ancaman cyber security tak lain adalah karena jumlah peretas dan kriminal siber semakin meningkat dari hari ke hari.
Selain itu, ancaman terhadap sektor energi juga dipicu oleh kondisi geografis. Di Indonesia sendiri, terdapat kompleksitas geografis yng menyebabkan manajemen menjadi sangat terdesentralisasi. Sering kali, terjadi ketidaksesuaian antara manajemen pusat dan cabang. Inilah yang kemudian memunculkan celah keamanan.
Apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan cyber security di sektor energi?
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keamanan siber di sektor energi, di antaranya sebagai berikut:
1. Deteksi ancaman
Dalam hal cyber security, deteksi sama pentingnya dengan proteksi. Sebaik apa pun proteksi yang diterapkan untuk melindungi data dan sumber daya energi, tak akan berarti jika ancaman kejahatan siber tidak dikenali.
Di samping membangun proteksi, sektor energi juga harus merancang sistem deteksi. Agar sistem deteksi semakin optimal, perusahaan juga sebaiknya berkolaborasi dengan pemerintah. Dengan adanya peraturan yang ketat, diharapkan ancaman cyber security dapat diredam.
2. Perkuat infrastruktur
Salah satu celah cyber security pada sektor energi adalah infrastruktur yang tersebar di berbagai lokasi. Terlebih, Indonesia memang memiliki kondisi geografis menantang. Tiap infrastruktur pun memiliki pengaturan yang berbeda-beda. Inilah yang kemudian sulit untuk mempertahankan visibilitas yang diperlukan di seluruh sistem TI (teknologi informasi) dan TO (teknologi operasional) perusahaan penyedia energi.
Akan semakin sulit jika infrastruktur berada di lokasi yang melakukan kegiatan produksi skala besar, namun energi yang dimiliki terbatas, seperti PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya). Agar tiap infrastruktur terlindungi, infrastruktur harus dilengkapi dengan sistem cyber security. Sistem juga harus terintegrasi antar tiap infrastruktur agar bekerja dengan stabil. Sebab, sistem keamanan yang tidak stabil hanya akan menciptakan celah keamanan baru.
3. Mengamankan rantai pasokan energi
Rantai pasokan energi juga merupakan salah satu titik yang rentan terhadap ancaman cybersecurity dalam sektor energi. Untuk menutup celah tersebut, perusahaan penyedia energi bisa menerapkan sistem repositori terpusat. Pendekatan ini akan membantu pelanggan sekaligus produsen energi dalam menilai risiko. Repositori terpusat akan membantu perusahaan untuk memiliki penilaian risiko yang standar. Pemeriksaan juga tidak perlu dilakukan pada tiap tahap rantai pasok.
Perusahaan juga bisa menugaskan karyawan untuk menangani tiap tahap rantai pasok. Dengan demikian, sistem pertahanan pun akan lebih fokus. Perusahaan juga lebih mudah meyakinkan pelanggan bahwa layanan yang mereka terima aman.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengatasi Ancaman Kejahatan Siber?
Ancaman cyber security semakin meningkat dari hari ke hari. Dampaknya pun terasa di berbagai sektor, termasuk sektor industri. Perihal cyber security ini juga akan dibahas dalam event Digital Transformation Expo (DTI Expo). Selain membahas jenis ancaman yang kini dihadapi, DTI Expo juga akan memaparkan tentang solusi untuk meminimalisir dampak kejahatan siber terhadap berbagai sektor industri, termasuk sektor energi. Untuk informasi lebih lanjut, silakan klik di sini.