Sudah bukan hal baru jika transformasi digital juga dilakukan di industri manufaktur. Walau demikian, masih banyak digitalisasi manufaktur berjalan lambat atau bahkan terkadang harus gagal.
Alasannya beragam, bisa karena pergantian sistem baru yang tidak mudah untuk diaplikasikan, resistensi karyawan untuk berubah dari cara manual ke digital, hingga adanya kesenjangan pengetahuan mengenai teknologi itu sendiri (biasanya terjadi antara orang IT dan user).
Padahal, transformasi digital di industri manufaktur dibutuhkan untuk membuat sebuah perusahaan tetap kompetitif, dapat memaksimalkan penggunaan data, hingga mengurangi biaya secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, berikut tiga case study mengenai contoh proses transformasi perusahaan manufaktur yang bisa Anda jadikan bahan pertimbangan bagaimana digitalisasi manufaktur sebaiknya dilakukan.
Geek+ dan Systemex Automation
Geek+ adalah perusahaan teknologi berskala global yang memiliki layanan robotika (autonomous mobile robot [AMR]) dan teknologi AI yang canggih. Solusi teknologi dari Geek+ menjadikan warehouse dan manajemen supply chain menjadi lebih fleksibel, andal, dan efisien.
Sementara Systemex Automation adalah perusahaan yang bergerak pada engineering, manufaktur, dan integrasi sistem produksi otomatis.
Presiden Systemex Automation, Serge Tousignant, menyatakan bahwa kerjasama dengan Geek+ merupakan salah satu pelengkap strategi untuk memperkuat operasional automated warehouse mereka di pasar Kanada dan Amerika Serikat.
Ia meyakini bahwa solusi AMR dari Geek+ jika dikombinasikan dengan dengan kemampuan integrasi Systemex Automation dalam industri otomasi untuk produsen, distributor, dan pengecer akan memberikan pelanggan best value dan solusi otomatisasi paling fleksibel di pasaran.
Selain itu, transformasi digital Systemex Automation yang dibantu oleh Geek+ juga meningkatkan efisiensi dari segi operasional, menurunkan biaya, dan mengatasi tantangan kurangnya tenaga kerja yang sedang dihadapi hari-hari ini.
Baca Juga: Keuntungan Implementasi Komputasi Awan pada Industri Manufaktur
Russell Finex dan Manufacturing Technology Centre’s (MTC)
Bergeser ke industri manufaktur aditif, salah satu bentuk digitalisasi manufaktur juga dilakukan oleh Russell Finex, seorang spesialis di bidang separation technology, yang menjawab kebutuhan akan cara merampingkan alur kerja pencetakan 3D dengan sistem automated powder handling.
Sebuah organisasi yang berbasis di Inggris, Manufacturing Technology Centre’s (MTC) national Centre for Additive Manufacturing (NCAM), yang juga menjadi klien dari Russell Finex, menyatakan bahwa sistem automated power handling yang dikembangkannya (AMPro Sieve Station) berhasil memangkas waktu pengayakan serbuk dan reklamasi secara signifikan. Dengan adanya inovasi teknologi ini, harapan akan adanya standarisasi dan best practices untuk industri manufaktur bisa segera terwujud.
Adanya AMPro Sieve Station menunjukkan bahwa transformasi digital di industri manufaktur bisa membuat hemat waktu hingga 75% saat menyaring bubuk. Selain itu, alat ini juga dapat meningkatkan keselamatan pekerja karena operator tidak perlu lagi menangani pemisahan bubuk secara manual.
Selain itu, keunggulan AMPro Sieve Station juga dijelaskan oleh Vince Sparrow, team leader dari Additive Operations di MTC, bahwa AMPro Sieve Station adalah solusi terbaik bagi mereka untuk meningkatkan pelacakkan dan kualitas bubuk.
IoT Smart Manufacturing dari Telkomsel
Transformasi digital di industri manufaktur juga terjadi di perusahaan Indonesia. PT Akebono Brake Astra Indonesia, salah satu produsen rem terbesar di Indonesia, bekerja sama dengan solusi teknologi yang dimiliki Telkomsel, Internet of Things (IoT) Smart Manufacturing, untuk mengatasi permasalahan sistem manajemen warehouse dan sistem part pull.
Belum terintegrasinya kedua sistem ini membuat perusahaan tidak bisa mengoptimalkan efisiensi dan memaksimalkan produktivitas. Belum lagi kendala pada sistem penarikan suku cadang untuk mempercepat proses kerja dan meminimalisir human error.
Daniel Suryananta, Technical Director PT Akebono Brake Astra Indonesia, dengan optimis menyatakan bahwa kolaborasi dengan Telkomsel memberikan solusi transaksi proses bisnis berupa “Part Pulling Monitoring System”.
Dengan inovasi teknologi ini, PT Akebono Brake Astra Indonesia dapat melacak bagian dalam playbox secara real-time, instan, dan dengan laporan yang akurat, didukung oleh RFID, sehingga proses kerja part pull menjadi lebih produktif dan efisien.
Layanan IoT Smart Manufacturing dari Telkomsel adalah one-stop digital solution untuk industri manufaktur yang terintegrasi, mengatur mulai dari produksi, kualitas, pemeliharaan, hingga warehouse. Solusi digital ini juga membuka peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan dukungan yang lebih komprehensif, mulai dari konsultasi, ketersediaan perangkat dan software, sistem terintegrasi, analisis data, keamanan siber, konektivitas, hingga layanan purna jual.
Untuk hasil yang maksimal, IoT Smart Manufacturing ini bisa digabungkan dengan IoT Telkomsel yang lain, seperti IoT Manage SD-WAN 5G, IoT Asset Performance Management, atau IoT Fleetsight.
Baca Juga: Cara Industri Telekomunikasi Hadapi Berbagai Tantangan
Jika Anda bagian dari industri manufaktur dan berusaha mencari solusi teknologi yang tepat untuk mendukung perjalanan transformasi digital Anda, DTI menggelar sebuah Digital Transformation Expo & Conference yang akan diadakan pada 3-4 Agustus 2022 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan. Expo dan conference ini akan memberikan pengetahuan dan pengalaman baru mengenai digitalisasi manufaktur. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi media sosial kami.