Oleh: Arki Rifazka (Direktur Eksekutif APJII)
Pada Januari 2024, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengumumkan rencana pemerintah untuk melarang penjualan layanan internet dengan kecepatan di bawah 100 Mbps untuk fixed broadband. Menurutnya, kecepatan internet Indonesia rata-rata 24,96 Mbps, jauh di bawah standar negara tetangga di Asia Tenggara.
Kesenjangan akses internet di kawasan urban dan suburban berdampak negatif pada bisnis kecil dan menengah, pendidikan online, dan kerja jarak jauh. Masyarakat juga tidak dapat memaksimalkan layanan digital penting, yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup dan kesempatan ekonomi.
Fixed Wireless Access (FWA) adalah solusi inovatif yang dapat membantu mengatasi masalah ini. FWA menggunakan jaringan seluler untuk memberikan konektivitas internet berkecepatan tinggi tanpa perlu memasang kabel fisik. Ini menawarkan alternatif yang lebih ekonomis dan fleksibel dibandingkan dengan infrastruktur kabel fiber optik maupun wireless radio.
Pada 2020, jumlah koneksi FWA global mencapai 72,44 juta dan diperkirakan akan meningkat hingga 330,4 juta pada 2029, dengan lebih dari 80% menggunakan teknologi 5G. Penggunaan FWA di berbagai wilayah dunia, terutama di North America, Western Europe, dan Central and Eastern Europe, menunjukkan adopsi yang signifikan. Data juga menunjukkan bahwa akses internet di daerah perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan, dan implementasi FWA di kawasan urban dan suburban dapat membantu menjembatani kesenjangan ini.
Aktivitas digital seperti kerja jarak jauh, belajar online, dan streaming semakin meningkatkan kebutuhan akan koneksi internet yang cepat dan stabil. FWA dapat memenuhi kebutuhan ini dengan lebih efisien dibandingkan infrastruktur kabel yang membutuhkan investasi dan waktu instalasi yang lebih besar. Selain itu, adopsi teknologi 5G dalam FWA menawarkan kecepatan tinggi dan latensi rendah, mendukung aplikasi seperti gaming, video konferensi, dan Internet of Things (IoT).
Strategi pasar yang tepat perlu diterapkan untuk memaksimalkan potensi FWA. Strategi “Off the Grid” menargetkan pasar rumah tangga di kawasan urban dan suburban yang belum terlayani oleh jaringan fiber. “In Full Swing” digunakan sebagai solusi sementara di kawasan yang sudah memiliki jaringan fiber. Strategi “Chip Away” memperluas layanan di klaster rumah urban dan suburban yang memiliki hambatan tinggi untuk masuknya jaringan fiber. Terakhir, strategi “Cast A Wider Net” menangkap pasar di area perumahan suburban/rural dengan biaya modal minimum.
FWA bermanfaat bagi operator seluler dalam menjangkau lebih banyak pelanggan dengan efisien dan memberikan keuntungan besar bagi masyarakat dan pelaku bisnis. Bagi masyarakat, FWA menawarkan akses internet cepat dan stabil untuk aktivitas sehari-hari seperti streaming, gaming, dan layanan digital lainnya. Bagi pelaku bisnis, terutama bisnis kecil dan menengah, FWA memberikan solusi internet yang handal untuk operasional sehari-hari, mendukung kegiatan seperti transaksi online, komunikasi dengan pelanggan, dan kolaborasi digital.
Untuk mendukung implementasi strategi ini, penyelenggara FWA disarankan untuk fokus pada beberapa aspek utama. Dari segi bisnis, penting untuk menawarkan layanan FWA sebagai alternatif atau pelengkap bagi layanan broadband kabel, terutama di kawasan urban dan suburban yang belum terjangkau oleh jaringan fiber. Diversifikasi ini akan membantu menjangkau berbagai segmen pasar. Selain itu, menerapkan strategi harga yang kompetitif sangat penting untuk menarik pelanggan di kawasan urban dan suburban. Harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pemasangan kabel fiber dapat menjadi daya tarik utama bagi konsumen yang mencari solusi cepat dan ekonomis.
Dalam hal pengembangan kemitraan, membangun kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi dan penyedia perangkat keras (CPE) adalah kunci. Hal ini memastikan ketersediaan perangkat yang mendukung FWA dan membantu mengurangi biaya produksi serta distribusi perangkat, sehingga harga layanan dapat ditekan. Dari segi regulasi, kerjasama dengan pemerintah dan regulator untuk memastikan alokasi spektrum yang cukup dan terjangkau guna mendukung implementasi FWA sangat penting. Spektrum yang tepat akan memastikan layanan FWA berjalan optimal dan tanpa interferensi. Selain itu, mendorong adanya regulasi yang mendukung perkembangan FWA, termasuk insentif untuk perusahaan yang mengadopsi teknologi ini, dapat mempercepat adopsi FWA dan mengurangi hambatan birokrasi.
Dari segi teknologi, investasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) untuk meningkatkan efisiensi spektrum, kapasitas jaringan, dan kualitas layanan FWA sangat dianjurkan. Inovasi teknologi yang berkelanjutan akan memastikan FWA dapat bersaing dengan solusi broadband lainnya dan memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin kompleks. Selain itu, mengembangkan perangkat Customer Premises Equipment (CPE) yang efisien dan mudah digunakan oleh konsumen sangat penting. Terakhir, terus meningkatkan dan memelihara infrastruktur yang mendukung FWA untuk memastikan kinerja optimal dan layanan yang stabil.
Penutup
Fixed Wireless Access (FWA) telah muncul sebagai solusi inovatif yang menjanjikan dalam menyediakan layanan internet broadband yang cepat dan andal, terutama di kawasan urban dan suburban. Melalui adopsi teknologi 5G, FWA menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah koneksi global dan menawarkan keunggulan dalam hal efisiensi biaya dan fleksibilitas. Dengan prediksi pertumbuhan yang menjanjikan hingga 2029, FWA memiliki potensi besar untuk mendukung transformasi digital dan mengatasi kesenjangan digital. Pernyataan Menkominfo Budi Arie Setiadi tentang kecepatan internet minimum 100 Mbps menekankan kebutuhan mendesak akan solusi cepat dan andal seperti FWA. Diharapkan, dengan semakin berkembangnya teknologi 5G dan peningkatan adopsi FWA, operator seluler di Indonesia dapat memanfaatkan teknologi ini untuk memberikan layanan internet yang lebih baik dan merata, serta mendukung aktivitas digital masyarakat dan mempercepat transformasi digital di berbagai sektor.