Teknologi Industri 5.0: Meningkatkan Daya Saing Manufaktur Indonesia di Era Digital

Oleh: Arki Rifazka (Direktur Eksekutif APJII)

Transformasi digital terus merambah sektor manufaktur di seluruh dunia. Pada tahun 2018, pemerintah Indonesia meluncurkan inisiatif Making Indonesia 4.0, sebuah peta jalan yang bertujuan untuk mengantarkan sektor manufaktur Indonesia ke era Industri 4.0. Inisiatif ini menekankan pentingnya digitalisasi dalam meningkatkan daya saing industri manufaktur nasional. Seiring dengan perkembangan Industri 5.0, teknologi canggih seperti AI, edge computing, big data analytics, dan cobots akan memainkan peran penting dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Namun, tentu saja adopsi teknologi ini masih akan kembali menghadapi sejumlah permasalahan bagi pelaku Industri di Indonesia.

Berdasarkan penelitian terbaru, beberapa isu utama yang menghambat adopsi Industri 4.0 di Indonesia meliputi:

  1. Keterbatasan Infrastruktur Digital dan Teknologi: Infrastruktur digital yang belum memadai menjadi penghalang utama. Menurut sebuah studi oleh McKinsey berjudul Moving past the ‘pilot trap’ to unleash Industry 4.0 in Indonesia oleh Vishal Agarwal, Karel Eloot, dan Alpesh Patel (11 Februari 2019), integrasi teknologi baru sering kali terhambat oleh infrastruktur yang tidak memadai, yang menyebabkan latensi tinggi dan ketidakmampuan untuk mengolah data secara real-time .
  2. Kurangnya Keterampilan Digital di Kalangan Tenaga Kerja: Kesenjangan keterampilan digital merupakan tantangan besar. Laporan dari Antara News menyebutkan bahwa peningkatan keterampilan melalui pendidikan vokasi dan program pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan memastikan keberhasilan adopsi teknologi Industri 4.0​ (Antara News)​.
  3. Tingginya Biaya Investasi Awal: Banyak IKM, terutama di bidang manufaktur, menghadapi tantangan biaya tinggi untuk mengadopsi teknologi baru. Menurut sebuah studi berjudul Critical Barriers to Industry 4.0 Adoption in Manufacturing Organizations and Their Mitigation Strategies oleh Ahmed Sayem, Pronob Kumar Biswas, Mohammad Muhshin Aziz Khan, Luca Romoli, dan Michela Dalle Mura (7 November 2022), biaya awal yang tinggi untuk teknologi dan peralatan canggih menjadi penghalang signifikan​.
  4. Kompleksitas Integrasi Sistem Baru dengan yang Lama: Integrasi teknologi baru dengan sistem yang sudah ada sering kali rumit dan membutuhkan waktu. Lebih lanjut, studi oleh McKinsey berjudul Moving past the ‘pilot trap’ to unleash Industry 4.0 in Indonesia mengidentifikasi bahwa banyak perusahaan jatuh ke dalam “jebakan pilot”, di mana mereka gagal untuk melanjutkan dari tahap uji coba ke implementasi penuh karena kesulitan integrasi dan kurangnya koordinasi antar fungsi.
  5. Kekhawatiran tentang Keamanan Data dan Privasi: Kekhawatiran mengenai keamanan siber dan privasi data menjadi alasan utama mengapa banyak perusahaan ragu untuk mengadopsi teknologi digital sepenuhnya. Menurut artikel Industry 4.0: The Challenges and Opportunities of Making Indonesia 4.0 (2024, In.Corp Indonesia, d/h Cekindo), masalah keamanan data dan perlindungan privasi memerlukan perhatian khusus agar perusahaan merasa aman dalam menggunakan teknologi baru​.

Untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan industri manufaktur di Indonesia siap menghadapi teknologi Industri 5.0, berikut adalah beberapa rekomendasi berbasis teknologi utama yang mendukung Industri 5.0:

  1. Edge Computing: Pengembangan infrastruktur digital dengan edge computing sangat penting untuk mengurangi latensi, meningkatkan keamanan siber, dan menurunkan biaya penyimpanan. Ini akan mendukung operasional yang lebih efisien dan responsif, memungkinkan perusahaan untuk mengolah data secara real-time.
  2. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan untuk Mengatasi Kesenjangan Keterampilan Digital: Peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui program pelatihan intensif di bidang AI. Dengan keterampilan yang ditingkatkan, tenaga kerja dapat lebih efektif mengoperasikan dan mengelola teknologi baru, meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.
  3. Cobots untuk Mengatasi Kompleksitas Integrasi Sistem: Implementasi cobots dapat meningkatkan produktivitas dan fleksibilitas operasional tanpa perlu perubahan sistem yang signifikan​. Cobots dirancang untuk bekerja berdampingan dengan manusia, sehingga dapat diintegrasikan dengan mudah ke dalam proses manufaktur yang ada.
  4. Digital Twins: Penggunaan digital twins untuk simulasi dan optimasi proses produksi. Teknologi ini membantu perusahaan dalam memprediksi kesalahan di masa depan, menyesuaikan desain, dan melakukan pemeliharaan prediktif, sehingga mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi.
  5. Big Data Analytics: Adopsi big data analytics untuk mengelola dan menganalisis data dalam jumlah besar. Teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk membuat prediksi yang akurat, menyesuaikan strategi bisnis, dan meningkatkan daya saing melalui keputusan berbasis data.
  6. Internet of Every Things (IoE): Implementasi IoE untuk meningkatkan produktivitas aset, mengurangi biaya, dan meningkatkan logistik rantai pasokan. Teknologi ini memungkinkan integrasi dan interoperabilitas yang lebih baik antara berbagai sistem dan perangkat.

Penutup

Penerapan teknologi Industri 5.0 di sektor manufaktur Indonesia menawarkan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing di pasar global. Namun, tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, kesenjangan keterampilan, biaya investasi tinggi, kompleksitas integrasi, dan kekhawatiran keamanan data harus diatasi melalui langkah-langkah strategis dan terencana.

Menuju Indonesia Emas 2045, di mana Indonesia diharapkan menjadi salah satu dari lima besar kekuatan ekonomi dunia, transformasi digital di sektor manufaktur menjadi sangat penting. Dengan mengadopsi teknologi Industri 5.0, Indonesia dapat meningkatkan produktivitas, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat posisi ekonominya di panggung global.

Para pelaku industri manufaktur di Indonesia perlu berkomitmen untuk bertransformasi digital dengan memanfaatkan berbagai solusi teknologi yang berkembang di era digital. Investasi dalam infrastruktur digital, pelatihan keterampilan, implementasi cobots, adopsi digital twins, big data analytics, dan IoE akan menjadi kunci sukses dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di era Industri 5.0, serta mencapai transformasi digital yang berkelanjutan, memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan yang signifikan di masa depan.


0

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *